Jumat, 23 Maret 2012

KELOMPOK 7

LOUIS LEON THURSTONE
BIOGRAFI
            Louis Leon Thurstone lahir di Chicago pada tanggal 19 Mei 1955. Thurstone merupakan keturunan Swedia asli. Ayah Thurstone merupakan seorang instruktur/pelatih matematika di kemiliteran Swedia, kemudian ayahnya menjadi menteri Luthera, editor surat kabar, dan seorang penerbit. Ibu Thurstone merupakan seseorang yang tertarik dalam bidang musik dan memiliki bakat dalam bidang musik. Adik Thurstone yang bernama Adele (2 tahun lebih muda) telah mulai bermain piano sejak kecil dan akhirnya menyelesaikan kuliahnya pada bidang seni musik.
            Pada saat di bangku SMA, Thurstone memenangkan kompetisi geometri. Pada tahun 1912, Thurstone menerima gelar sarjana di bidang Teknik Mesin di Universitas Cornell. Pada saat kuliah di Universitas Cornell, Thurstone menjadi asisten di laboratorium Thomas Edison. Pada musim gugur tahun 1912, Thurstone menjadi instruktur di bidang teknik mesin di Universitas Minnesota, dimana ia mengajari geometri dan drifting. Di sana ia mengambil pelatihan pertamanya dalam psikologi eksperimen dan memulai pembelajarannya mengenai fungsi pembelajaran. Pada musim panas 1914, ia telah lulus dalam bidang psikologi di Universitas Chicago. Pada musim gugur 1915, Thurstone diterima sebagai asisten di Departemen Psikologi yang masih baru dan aktif di Institut Teknologi Carnegie, dimana penekankannya adalah pada penelitian psikologi terapan. Ia menerima gelar Doktor dari Chicago pada tahun 1917, kemudian ia di promosikan ke Carnegie, hingga ia menerima gelar Professor dan menjadi kepala departemen pada 1920, sebuah posisi yang dipegangnya sampai 1923. Pada musim panas 1924 ia menikah dengan Thelma Gwinn yang merupakan mahasiswi lulusan jurusan psikologi. Pada musim gugur 1924 ia menjadi bagian dari Asosiasi Professor Psikologi di Universitas Chicago. Pada tahun 1952 ia mendirikan Laboratorium Psikometri di Divisi Social Sciences. Thurstone meninggal pada tahun 1955 di Chicago.
DEFINISI INTELIGENSI
Intelegensi merupakan suatu kumpulan dari kemampuan-kemampuan.
KONTRIBUSI IDE-IDE THURSTONE
Louis Leon Thurstone membuat kontribusi yang signifikan dalam berbagai bidang psikologi, termasuk psikometri, statistik, dan studi tentang kecerdasan manusia. Ia mengembangkan metode pada skala tindakan psikologis, sikap menilai, dan teori test, di antara banyak kontribusi lain yang mempengaruhi. Ia lebih di kenal pada pengembangan faktor teknik analisa yang baru dalam menentukan jumlah dan gagasan(konsep) alami dalam satu set variabel yang diamati.
L. L. Thurston tidak menerima wujud faktor-G yang dikemukakan oleh Charles Spearman yang mengemukakan konsep kesatuan inteligensi. Ia tidak menerima wujud kecerdasan umum. Dengan pendekatan menggunakan faktor analisis barunya, Thurstone menemukan bahwa kecerdasan tidak muncul dari faktor umum, melainkan muncul dari tujuh faktor independen yang ia sebut Primary Mental Abilities (1938): word fluency (kelancaran mengutarakan pikiran dengan kata-kata), verbal comprehension (kemampuan untuk memahami bahan verbal, berpikir verbal dan menangkap hubungan antara konsep-konsep), spatial visualization (kemampuan untuk melihat dimensi, mengimaginasikan bentuk akhir sesuatu objek dengan melihatnya pelan-pelan), number fasility (kemampuan menggunakan pikiran untuk angka-angka, dan memperhitungkan secara cepat serta tepat benda-benda yang sifatnya kuantitatif), associative memory (kemampuan untuk mengingat hal-hal yang dialami atau yang dipelajari sebelumnya), reasoning (kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan secara logika, kemampuan membuat abstraksi dan kemampuan menangkap perhubungan di antara dua hal), dan perceptual speed (kemampuan untuk mengenali persamaan dan perbezaan antara objek-objek atau simbol-simbol secara pantas dan teliti serta dapat menentukan yang paling penting dan yang tidak penting).
Christine Verawaty Simatupang (11-068)Eva F. Brahmana (11-126)Eldaa Kristy Tophano (11-072)
LOUIS LEON THURSTONE
BIOGRAFI
            Louis Leon Thurstone lahir di Chicago pada tanggal 19 Mei 1955. Thurstone merupakan keturunan Swedia asli. Ayah Thurstone merupakan seorang instruktur/pelatih matematika di kemiliteran Swedia, kemudian ayahnya menjadi menteri Luthera, editor surat kabar, dan seorang penerbit. Ibu Thurstone merupakan seseorang yang tertarik dalam bidang musik dan memiliki bakat dalam bidang musik. Adik Thurstone yang bernama Adele (2 tahun lebih muda) telah mulai bermain piano sejak kecil dan akhirnya menyelesaikan kuliahnya pada bidang seni musik.
            Pada saat di bangku SMA, Thurstone memenangkan kompetisi geometri. Pada tahun 1912, Thurstone menerima gelar sarjana di bidang Teknik Mesin di Universitas Cornell. Pada saat kuliah di Universitas Cornell, Thurstone menjadi asisten di laboratorium Thomas Edison. Pada musim gugur tahun 1912, Thurstone menjadi instruktur di bidang teknik mesin di Universitas Minnesota, dimana ia mengajari geometri dan drifting. Di sana ia mengambil pelatihan pertamanya dalam psikologi eksperimen dan memulai pembelajarannya mengenai fungsi pembelajaran. Pada musim panas 1914, ia telah lulus dalam bidang psikologi di Universitas Chicago. Pada musim gugur 1915, Thurstone diterima sebagai asisten di Departemen Psikologi yang masih baru dan aktif di Institut Teknologi Carnegie, dimana penekankannya adalah pada penelitian psikologi terapan. Ia menerima gelar Doktor dari Chicago pada tahun 1917, kemudian ia di promosikan ke Carnegie, hingga ia menerima gelar Professor dan menjadi kepala departemen pada 1920, sebuah posisi yang dipegangnya sampai 1923. Pada musim panas 1924 ia menikah dengan Thelma Gwinn yang merupakan mahasiswi lulusan jurusan psikologi. Pada musim gugur 1924 ia menjadi bagian dari Asosiasi Professor Psikologi di Universitas Chicago. Pada tahun 1952 ia mendirikan Laboratorium Psikometri di Divisi Social Sciences. Thurstone meninggal pada tahun 1955 di Chicago.
DEFINISI INTELIGENSI
Intelegensi merupakan suatu kumpulan dari kemampuan-kemampuan.
KONTRIBUSI IDE-IDE THURSTONE
Louis Leon Thurstone membuat kontribusi yang signifikan dalam berbagai bidang psikologi, termasuk psikometri, statistik, dan studi tentang kecerdasan manusia. Ia mengembangkan metode pada skala tindakan psikologis, sikap menilai, dan teori test, di antara banyak kontribusi lain yang mempengaruhi. Ia lebih di kenal pada pengembangan faktor teknik analisa yang baru dalam menentukan jumlah dan gagasan(konsep) alami dalam satu set variabel yang diamati.
L. L. Thurston tidak menerima wujud faktor-G yang dikemukakan oleh Charles Spearman yang mengemukakan konsep kesatuan inteligensi. Ia tidak menerima wujud kecerdasan umum. Dengan pendekatan menggunakan faktor analisis barunya, Thurstone menemukan bahwa kecerdasan tidak muncul dari faktor umum, melainkan muncul dari tujuh faktor independen yang ia sebut Primary Mental Abilities (1938): word fluency (kelancaran mengutarakan pikiran dengan kata-kata), verbal comprehension (kemampuan untuk memahami bahan verbal, berpikir verbal dan menangkap hubungan antara konsep-konsep), spatial visualization (kemampuan untuk melihat dimensi, mengimaginasikan bentuk akhir sesuatu objek dengan melihatnya pelan-pelan), number fasility (kemampuan menggunakan pikiran untuk angka-angka, dan memperhitungkan secara cepat serta tepat benda-benda yang sifatnya kuantitatif), associative memory (kemampuan untuk mengingat hal-hal yang dialami atau yang dipelajari sebelumnya), reasoning (kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan secara logika, kemampuan membuat abstraksi dan kemampuan menangkap perhubungan di antara dua hal), dan perceptual speed (kemampuan untuk mengenali persamaan dan perbezaan antara objek-objek atau simbol-simbol secara pantas dan teliti serta dapat menentukan yang paling penting dan yang tidak penting).

Rabu, 21 Maret 2012

Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan terarah, berpikir secara rasional, dan kemampuan untuk mengatasi masalah. dan intelegensi juga sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan nya.
menurut Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru. dan menurut William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. menurut William ini intelegensi di pengaruhi oleh faktor keturunan, pendidikan, dan lingkungan seseorang.
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara dua anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

Pengukuran Inteligensi
 Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, dua orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford Binet.

Senin, 12 Maret 2012

Saya pernah membaca tentang fenomena pendidikan di tanah air, dan sangat mengiris hati saya. bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang belum tersentuh oleh pendidikan. banyak anak-anak yang tidak mengenal tulisan, padahal jika mungkin ia bersekolah ia punya potensi dan bakat yang hampir sama dengan anak lainnya. Dan kedepannya pun anak ini tetap terpuruk karena ia tidak tahu tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Ini menjadi faktor tertinggalnya pendidikan Indonesia, anak-anak yang seharusnya menjadi penerus bangsa tidak bisa melakukan perubahan dalam pendidikan di Indonesia. Untuk itu kita harus lebih peduli terhadap anak pedalaman yang sangat minim pengetahuannya.

Jumat, 09 Maret 2012

Tugas Kelompok 1 (Psikologi Pendidikan)


Rifany S (11-064) Priscilla D (11-096)
Pandangan dan penilaian kelompok kami sehubungan dengan kewajiban setiap mahasiswa yang mengikuti mk.psikologi pendidikan dan diwajibkan untuk memiliki email dan blog, ditinjau dari uraian psikologi pendidikan dan fenomena pendidikan di Indonesia, Medan khususnya.
  • Sesuai dengan definisi psikologi pendidikan, yaitu cabang ilmu psikologi yang membantu pengajar atau proses pembelajaranserta memberi kontribusi untuk menghantar anak-anak meraihmasa depan yang baik. Dengan diwajibkannya mahasiswa untuk memiliki blog dan email, maka hal ini mau tidak mau akan memaksa sang mahasiswa untuk mempelajari hal-hal baru, dimana email dan blog dapat membantu mahasiswa lebih baik dalam proses pembelajaran di kampus, maupun pada aktivitas di luar kampus.
  • Mahasiswa pun bertambah pengetahuannya dalam dunia teknologi dan mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya, contohnya dapat dilihat bahwa dengan kewajiban membuat blog, mahasiswa jadi memiliki wadah untuk menuangkan ide-ide dan pikirannya, dan berkreasi, dan lebih terdorong untuk berpikir hal-hal yang lebih luas hal yang mungkin selama ini tidak terbesit. Seperti menurut John Dewey anak-anak juga harus diajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah. Diharapkan dengan email dan blog mahasiswa dapat beradaptasi dan mengikuti pekembangan IPTEK di luar sana.
  • Dan tentu saja email dan blog memudahkan mahasiswa maupun dosen dalam proses pembelajaran di dalam perkuliahan baik dalam mengirim materi dan pengumpulan tugas sehingga lebih praktis dan lebih hemat waktu. Mahasiswa pun lebih bersemangat dalam proses belajar karena hal ini merupakan cara belajar yang berbeda, karena kami sendiri merasa senang mendapat suasana belajar yang baru.
  • Pada fenomena pendidikan di Medan, masih sangat jarang sekolah/universitas yang mewajibkan siswanya untuk memiliki blog dan email. Karena itu menurut kelompok kami, kami termasuk beruntung pada mk.pendidikan ini, karena jika tidak diwajibkan mungkin kami tidak akan mengenal dunia blog, dan tidak memaksimalkan fungsi email sebagaimana mestinya.
  • Karena itu menurut kelompok kami alangkah baiknya apabila penggunaan email dan blog dapat lebih digalakkan di Medan karena manfaatnya yang dapat membantu siswa/mahasiswa dalam proses belajar maupun mengikuti perkembangan teknologi di luar sana.